Indonesian Renal Registry dan United States Data Renal System

Operasi Transplantasi Ginjal

Pada tanggal 31 Maret 2012 saya mendapat kehormatan untuk menghadiri operasi transplantasi ginjal di Rumah Sakit PGI Cikini atas undangan seorang teman, Dr. Egi Manuputty, Sp.U. Operasi dijalankan Sabtu pagi yang cerah, setelah makan pagi bersama dokter dan perawat di ruang makan Urologi. Menurut Dr. Egi, sarapan bersama ini adalah tradisi, tetapi menurut saya, sarapan bersama ini adalah ide yang jenius. Operasi transplantasi membutuhkan sebuah kerjasama yang apik dan efektif antara setiap elemennya dan sarapan bersama adalah salah satu pengikatnya. Hubungan kekerabatan antar anggota tim transplantasi ini terasa seperti keluarga, dan sudah seharusnya seperti itu. Komunikasi dan pola kerjasama ini bukanlah sebuah produk instan, tapi sudah melalui tempaan masalah dan pengalaman bertahun-tahun di ruang operasi. 

Operasi transplantasi di RS ini dapat diibaratkan sebagai sebuah menu utama. Sebelumnya, para anggota timnya melakukan operasi minor maupun asistensi kasus yang ringan sebagai warming up, jika saya dapat mengatakan begitu. Seluruh hidangan pembuka dimulai serentak pada pukul 07.00 dan begitu berakhir, masing-masing anggota bersiap-siap untuk melakukan operasi transplantasi. Seluruh tim melakukan briefing singkat mengenai kasus: keadaan donor dan resipien, pilihan ginjal, metode untuk mengambil ginjal dari pasien, dan perkiraan lama operasi. Sebuah tradisi indah lain dari RS PGI Cikini adalah berdoa bersama sebelum operasi, dengan dipimpin oleh nurse utama, sejenak seluruh tim berdoa untuk kelancaran operasi dan kesehatan sang donor maupun resipien.

Dan operasi pun dimulai tepat pada pukul 09.00 di Operatie Kamer (OK) 5, dilakukan operasi pengambilan organ dari donor dan di OK 4 dilakukan operasi pembukaan rongga perut dari resipien. Dengan memulai bersamaan, cold time atau durasi dingin dari ginjal dapat diminimalisir sesedikit mungkin untuk menghindari kerusakan akibat proses iskemia. Operasi pada OK 5 dipimpin oleh Dr. David Manuputty, Sp. B, Sp.U (K) dengan asisten 1 Dr. Egi Manuputty, Sp.U. Donor diposisikan berbaring miring searah dengan ginjal yang ingin untuk didonorkan, diiris dari antara rusuk ke-11 dan ke-12 ke arah umbilikus hingga beberapa sentimeter dari otot rectus abdominis. Setelah insisi lapis demi lapis, ditemukan fascia Gerota, kemudian dibuka, disingkirkan lemak perirenal dan kelenjar adrenal, dan diidentifikasi vena dan arteria renalis (untuk mengkonfirmasi posisi vasa dari arteriografi). 
Tiga puluh menit terakhir dari proses ini dilakukan persiapan wadah untuk memperfusi organ dengan hystidine tryptophan ketoglutarate (HTK), yaitu cairan isotonis untuk menyingkirkan darah donor terutama leukosit yang membawa HLA dari ginjal, dan PZ (cairan isotonis) beku dan cair. Wadah ini diisi dengan PZ beku terlebih dahulu dan kemudian dimasukkan PZ cair untuk menjaga ginjal dalam keadaan hipotermia (4 derajat Celsius). Cairan HTK juga dipersiapkan dalam keadaan dingin dan dipasangkan dengan infus set sebagai pendingin organ dari dalam. Tujuan utama dari pemberian cairan ini adalah meminimalisir metabolisme seluler dari ginjal, sehingga ginjal yang hipoksia ini tidak melakukan respirasi anaerobik dan melepas sitokin inflamasi yang dapat merusak fungsi ginjal tersebut.

Setelah persiapan perfusi sudah selesai dan stopwatch disiapkan, arteri dan vena renalis diklem dan dipotong, kemudian dilakukan hitung maju untuk memperkirakan cedera iskemik yang didera oleh ginjal. 

Arteri dan vena yang dipotong diukur agar tidak terlalu dekat dengan aorta abdominalis, sedangkan ureter  dipotong pada perpotongan dengan arteri iliaka komunis. Ginjal yang sudah bebas dibawa oleh operator sendiri ke wadah perfusi dan segera dialiri dengan cairan HTK sampai cairan tersebut habis. Perlahan ginjal yang awalnya berwarna pink berubah menjadi putih pucat dan PZ yang digunakan untuk merendam ginjal berubah warna dari jernih menjadi merah. Pada saat yang sama, fossa iliaka resipien sudah terbuka dengan arteri dan vena iliaka eksterna sudah bebas dan siap untuk disambungkan dengan ginjal dari donor. 

Segera setelah cairan HTK habis, ginjal ditransfer ke OK 4 untuk segera dilakukan anastomosis atau penyambungan pembuluh darah. Pembuluh pertama yang disambung adalah vena renalis, yang disambungkan dengan vena iliaka eksterna, kemudian dilanjutkan dengan penyambungan arteri renalis dengan arteri iliaka eksterna, dan yang terakhir, ureter dengan kandung kemih. Ureter disambungkan dengan setelah urin sudah diproduksi oleh ginjal. Warna ginjal pun berangsur berubah setelah arteri disambungkan, dari putih pucat mejadi pink. Pada saat ini, di ruangan OK 5 dilakukan penutupan arteri-vena renalis donor dan rongga perut dari donor oleh asisten 1.

Proses penyambungan ureter sedikit berbeda dengan proses penyambungan pembuluh darah. Pada penyambungan ini, otot detrusor dari kandung kemih sedikit dibuka dan disisihkan sekitar 3 cm, sampai ditemukan permukaan mukosa. Panjang ureter pun diukur agar dapat dipotong sesuai jarak antara ginjal dan kandung kemih. Tindakan ini dilakukan agar tidak terjadi pelengkungan saluran atau kinking, yang mengakibatkan hambatan dalam penyaluran urin. Setelah itu, mukosa kandung kemih dipenetrasi dan segera disambungkan dengan ureter. Otot detrusor yang disisihkan di sekitar penyambungan dijahit kembali untuk mempererat diameter sambungan agar tidak terjadi arus balik urin dari kandung kemih kembali ke ginjal. Arus balik ini dapat menyebabkan kerusakan fungsi maupun bentuk dari ginjal baru tersebut. 

Dengan berakhirnya penyambungan ureter, maka (hampir) selesailah acara operasi transplantasi ginjal ini. Langkah terakhir adalah penutupan lapisan rongga perut dari resipien dan menunggu kembalinya kesadaran resipien dari pengaruh anestesi, sebelum pasien ditransfer ke ruang recovery room.

Setelah operasi transplantasi ini, saya dan seluruh tim transplantasi melakukan makan siang bersama di ruang makan. Sembari menyantap hidangan, kami melakukan diskusi ringan tentang operasi yang sudah dilakukan dan kasus yang akan ditangani pada jadwal berikutnya. Pada pukul 14.00, seluruh acara sudah selesai dan ditutup dengan visite staf Urologi ke bangsal pasien untuk memonitor keadaan pasien dan saya pulang dengan membawa bekal berharga untuk saya bagikan kepada anda semua. Saya ucapkan terimakasih sebanyak-banyaknya kepada Dr. Egi Manuputty, Sp.U dan Dr. David Manuputty, Sp.B, Sp.U (K) atas kesempatan yang diberikan kepada saya untuk mempelajari lebih dalam tentang transplantasi organ. Semoga ilmu ini dapat menjadi bekal saya di kemudian hari dan inspirasi teman semua.