Vaksinasi dalam Transplantasi Organ

VAKSINASI DALAM TRANSPLANTASI ORGAN


Semenjak keberhasilan eradikasi smallpox, vaksinasi menjadi program nasional di berbagai negara untuk menghentikan penularan penyakit menular lainnya. Vaksinasi adalah suatu metode buatan untuk memperkenalkan seluruh bagian atau beberapa bagian dari patogen (agen penyebab penyakit) berbahaya yang telah dilemahkan atau dimatikan, ke dalam tubuh individu agar sistem pertahanan tubuh individu tersebut dapat mempelajari patogen tersebut dan dapat mencegah serangan natural penyakit yang umumnya jauh lebih destruktif.
Vaksin umumnya diberikan pada anak sebagai agenda nasional dalam pemberantasan penyakit menular yang berbahaya. Selain itu ada pula momen lain dimana vaksinasi dapat diberikan, seperti saat akan melakukan perjalanan menuju tempat dari suatu penyakit endemis, atau dalam keadaan dimana patogen masuk dalam jumlah besar, atau pada saat akan dilakukan tindakan medis yang berisiko memberikan kesempatan patogen menyerang individu yang dalam keadaan lemah, dalam hal ini, transplantasi organ.Vaksin tidak hanya diberikan pada penerima organ yang masih kanak-kanak saja, orang dewasa pun juga membutuhkannya. Hal ini disebabkan sistem pertahanan tubuh yang dulu pernah dipaparkan saat masih kecil tidak lagi cukup cakap dalam mengenali patogen yang sama.

Calon penerima organ transplant wajib diberikan vaksinasi karena pertama, pada saat mereka akan menjalani operasi transfer organ, mayoritas resipien berada dalam kondisi kegagalan organ. Pada kegagalan hati contohnya, hati memproduksi banyak sekali protein dengan fungsi yang bervariasi, salah satunya imunoglobulin, yang fungsi utamanya adalah melawan benda asing dan mikroorganisme yang berbahaya. Pada saat mengalami kegagalan, liver tidak mampu lagi memproduksi cukup imunoglobulin untuk menghadapi bakteri dan virus yang berbahaya sehingga penderitanya akan rentan terserang infeksi.
Kedua, organ dari donor yang memiliki penyakit pun seringkali masih berfungsi dengan sangat baik, sehingga dalam keadaan yang mengancam nyawa, resipien akan diberikan organ tersebut. Untuk mencegah menyebarnya penyakit yang terbawa bersama organ ini dalam tubuh resipien, vaksinasi menjadi kebutuhan vital karena resipien akan diberikan imunosupresan, yang fungsi utamanya menekan fungsi pertahanan tubuh agar tidak terjadi penolakan.
Ketiga, imunosupresan yang bersifat seperti pedang bermata dua, karena diharapkan obat ini dapat menekan sistem pertahanan tubuh untuk tidak menyerang organ yang berasal dari orang lain, serta mengizinkan patogen berkembang biak dengan bebas. Sistem pertahanan tubuh yang yang dalam keadaan fungsional dapat menghadapi virus dan bakteria dengan baik, tapi dengan pemberian imunosupresan, mereka tidak dapat berkembang dengan baik ataupun memproduksi zat pembunuh mikroorganisme yang efektif.

Berikut ini adalah tabel yang dikutip dengan perubahan dari jurnal American Journal of Transplantation dengan judul Guidelines for Vaccination of Solid Organ Transplant Candidates and Recipients yang ditulis oleh Danzinger-Isakov et al pada tahun 2009. Tabel ini mendeskripsikan kebutuhan vaksinasi bagi kandidat resipien sebelum dan sesudah transplantasi.



Vaksin
Inaktivasi/Dilemahkan
Sebelum transplant
Setalah transplant
Monitor titer
Influenza
I
Ya
Ya
Tidak

D
Tidak
Tidak
Tidak
Hepatitis B
I
Ya
Ya
Ya
Hepatitis A
I
Ya
Ya
Ya
Tetanus
I
Ya
Ya
Tidak
Pertussis
I
Ya
Ya
Tidak
Polio
I
Ya
Ya
Tidak
S. pneumoniae
I
Ya
Ya
Ya
N. meningitidis
I
Ya
Ya
Tidak
HPV
I
Ya
Ya
Tidak
BCG
D
Ya
Tidak
Tidak
Varicella
D
Ya
Tidak
Ya

Tabel 1. Kebutuhan vaksinasi kandidat dan resipien organ dewasa.
Vaksin
Inaktivasi/Dilemahkan
Sebelum transplant
Setalah transplant
Monitor titer
Influenza
I
Ya
Ya
Tidak

D
Tidak
Tidak
Tidak
Hepatitis B
I
Ya
Ya
Ya
Hepatitis A
I
Ya
Ya
Ya
Tetanus
I
Ya
Ya
Tidak
Pertussis
I
Ya
Ya
Tidak
Polio
I
Ya
Ya
Tidak
S. pneumoniae
I
Ya
Ya
Ya
N. meningitidis
I
Ya
Ya
Tidak
HPV
I
Ya
Ya
Tidak
BCG
D
Ya
Tidak
Tidak
Varicella
D
Ya
Tidak
Ya
Measles
D
Ya
Tidak
Ya
Mumps
D
Ya
Tidak
Ya
Rubella
D
Ya
Tidak
Ya
H. influenzae
I
Ya
Ya
Ya
Rotavirus
D
Ya
Tidak
Tidak

Tabel 2. Kebutuhan vaksinasi kandidat dan resipien organ anak.

Pada kedua tabel di atas dapat ditemukan vaksinasi yang dapat diberikan setelah menjalani operasi transplantasi. Alasannya adalah untuk memperkuat pertahanan tubuh yang sudah dilemahkan secara signifikan pada saat menjelang operasi untuk mencegah reaksi penolakan cepat. Karena vaksin tersebut tidak mengandung mikroorganisme yang masih hidup, maka vaksin tersebut aman untuk orang yang tidak memiliki sistem imun yang intak. Berbeda dengan vaksin yang berasal dari bakteri atau virus yang telah dilemahkan dimana makhluk tersebut dapat aktif kembali dan berbalik menjadi ganas, vaksin yang menggunakan komponen hanya berisi potongan virus atau bakteri yang tidak dapat menjadi satu makhluk utuh yang dapat menyerang penerima vaksinnya. Oleh karena itu, vaksin dari mikroorganisme yang diinaktivasi ataupun komponen aman diberikan pada orang yang memiliki penurunan fungsi sistem pertahanan tubuh.

Namun, oleh karena pertahanan tubuh yang disfungsional, vaksinasi tidak dapat menjamin tidak terjadi penularan penyakit pada resipien. Pada fase inilah, imunitas komunal berperan penting untuk menjaga agar resipien tidak terjangkit dari orang lain di dalam komunitasnya. Imunitas komunal atau herd immunity adalah sebuah istilah yang menggambarkan ketahanan suatu kelompok masyarakat terhadap suatu penyakit tertentu. Semakin banyak orang yang memiliki imunitas terhadap suatu penyakit, maka semakin rendah kemungkinan orang yang tidak memiliki sistem imun untuk terjangkit penyakit tersebut. Kekebalan komunal ini sangat penting untuk melindungi orang yang memiliki kerentanan pada sistem imun mereka, dan oleh karena itu, pemerintah dan badan dunia terus menggalakkan imunisasi nasional.
Pemberian vaksin bagi kandidat ataupun resipien sangat penting untuk dilakukan. Manusia umumnya yang merasa “sehat”, dapat diserang oleh patogen penyakit yang menemukan cara untuk menginfeksi dan membuat sakit. Terlebih dalam keadaan sistem imun yang rendah, patogen yang umumnya tidak menimbulkan penyakit dapat menyebabkan infeksi dan keadaan yang gawat bagi resipien organ, terlebih patogen berbahaya seperti tuberculosis atau pneumococcus dimana seringkali menjadi penyebab hilangnya nyawa resipien.  


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Indonesian Renal Registry dan United States Data Renal System